Kamis, 08 Juli 2010

komunitas study algorizm

Ada orang bijak yang mengatakan “Impian adalah kunci untuk menaklukan dunia”. Tanpa impian kita bagaikan manusia yang berlayar di lautan lepas tanpa layar, tanpa dayung. Tersesat tanpa arah.

Ada juga yang mengatakan, manusia tanpa impian bagaikan seonggok daging tanpa jiwa. Tidak hidup, tapi juga tidak mati.

Well, itu kata orang-orang bijak. Kalo buat kami (para jenius dibelakang layar Algorizm Study Community…), semuanya memang berawal dari impian, tapi mesti ditemani dengan semangkuk nasi goreng. Kenapa mesti nasi goreng? Karena menurut penulis, pada prinsipnya orang susah mikir kalo perut lagi lapar, dan nasi goreng merupakan pengantar imajinasi yang sangat tepat (jangan protes..!! itu kata penulis). Soalnya orang kalo habis makan nasi goreng tengah malam, imajinasinya menjadi luar biasa. Pokoknya cuma beda-beda tipis sama gila… (telah diuji secara ilmiah pada 6 orang relawan).

So, this it the story begin…


The Beginning (Part 1)

Komunitas Study AlgoriZm atau yang biasa disingkat KSA, adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh beberapa pemuda-pemudi Konawe yang mengkhususkan diri pada pembelajaran seputar informasi dan teknologi bagi para membernya. Komunitas yang pada awal mula terbentuknya beranggotakan Karyo, Herly, Misbah, Irham, Shalahudin, Puspa, Ramadhan, Fadly, Eghar, dan Junjun, bertujuan memberantas virus Gaptek akut yang melanda para membernya, yang secara sadar maupun tidak sadar diakui sendiri oleh para membernya… (benar-benar visi yang sangat mulia :-) ..).

Seiring dengan berjalannya waktu… Ternyata komunitas yang didirikan dengan tujuan mulia ini tidak berjalan sebagaimana mestinya alias mati suri. Hal ini disebabkan oleh beberapa persoalan internal komunitas, terutama masalah kesibukan masing-masing anggotanya yang mengakibatkan sulitnya menyatukan visi, misi, dan komitmen para membernya. So sad…

Tetapi, setelah beberapa bulan mengalami kevakuman, para membernya yang bertulang besi, dan berurat kawat ini, ingin membuktikan bahwa sesungguhnya KSA tidaklah mati. Masih ada pemuda-pemudi macho yang berakhlak mulia inside KSA. Maka, dengan berbekal semangat ‘45 tercetuslah sebuah ide kegiatan yang akan membangunkan KSA dari tidur panjangnya. Dan, kegiatan itu adalah……. Bazaar Nonton Bareng Film Laskar Pelangi…!!!! (nach lho…???) Pasti para pembaca heran, kenapa harus bazaar nonton? Bukankah ini adalah sebuah komunitas belajar yang mengkhususkan diri pada pembelajaran seputar informasi dan teknologi?? Jadi, kenapa harus bazaar nonton??? Kenapa bukan seminar pendidikan mengenai teknologi informasi, atau sebuah pelatihan yang juga menyangkut IT????

Terus terang saya selaku penulis juga bingung bagaimana harus menjawabnya… (aaaargghh…). Tapi yang jelas, dari hasil investigasi dan wawancara mendalam dengan para dalang dibalik tercetusnya ide kegiatan ini… Maka terjawablah misteri dibalik ide kegiatan tersebut.

Jadi, kronologisnya seperti ini….. Menurut para nara sumber, 90% crew KSA suka nonton film. Dari yang benar-benar suka film, suka kalo filmnya bagus dan penuh adegan berdarah-darah, suka rame-rame nonton film, sampai yang cuma ikut-ikutan suka. Intinya semuanya suka nonton film… So, karena film (yang menurut para member KSA) kurang sedikit ada hubungannya dengan informasi teknologi, dan juga sekaligus merupakan salah satu hasil dari media teknologi informasi (dan karena itu sudah sepantasnya masuk dalam daftar Keajaiban Dunia), maka dibuatlah sebuah kegiatan yang katanya.. Berhubungan dengan IT, tidak memakan biaya, dan mendatangkan sedikit pemasukan (aaaargghahahaha…). Anda boleh percaya boleh tidak, but that’s the truth….

The Beginning Part 2

Cerita diatas tadi adalah awal… Perjalanan masih panjang… So, let’s continue… Setelah ide awal kegiatan bazaar nonton film itu tercetus, para pemuda-pemuda tampan, macho, dan berkantong kering itupun mulai beraksi. Mulai dari persiapan, penggodokan konsep bazaar, pengadaan alat, sampai penentuan waktu eksekusi.

Maka, dengan peralatan seadanya, dua keping VCD Laskar Pelangi yang original tapi bajakan (???), tekad yang kuat, serta bermodalkan nekad, para crew KSA + (i) maju menuju medan pertempuran tahap 1.

Hari pemutaran yang telah ditentukan pun tiba, yang kemudian berujung pada…. KEGAGALAN!!!!

Betul para pembaca, mata anda tidak tertipu, dan anda tidak sedang salah baca. Bazaar nonton film Laskar Pelangi yang telah direncanakan sedemikian rupa mengalami kegagalan. Siapa yang salah? Silahkan teruskan membaca!!

Orang bijak mengatakan, “Jika anda mengalami kegagalan, janganlah mencari kambing hitam, instrospeksi diri, dan segeralah bangkit..!!”.

Saya pribadi sepakat dengan kalimat “instrospeksi diri dan segera bangkit”. Tapi, saya selaku penulis yang bijaksana merasa cerita ini akan menjadi kurang seru apabila tidak ada seseorang, sebuah, atau sesuatu, yang dijadikan Kambing Hitam atas kegagalan kegiatan ini. Maka berbekal doa restu dari segenap crew KSA, dengan ini saya mengatakan bahwa seseorang, sebuah, atau sesuatu yang pantas menjadi biang kerok kegagalan kegiatan ini adalah…. KOMUNIKASI…

Yah betul, penyebab utama gagalnya kegiatan ini adalah kurangnya komunikasi antar para crew KSA. Padahal di era komunikasi yang serba canggih dan modern ini, seharusnya komunikasi bukanlah menjadi hambatan. Tetapi dalam kisah kolosal ini justru itulah yang sedang terjadi. Dan akibat dari kegagalan kegiatan ini pun memakan korban. Korban itu berwujud seorang Pemuda Bumi Parauna Kelebihan Langsing bernama HERLY TRISYATNO. Sehingga untuk beberapa waktu lamanya beliau sempat tidak eksis di KSA akibat dari insiden pemutaran tersebut. Mengenai apa yang terjadi pada malam insiden itu sehingga sampai memakan korban, tidak perlulah saya ungkapkan secara detail disini. Tapi bagi anda yang penasaran dengan apa yang terjadi, sampai anda tidak bisa tidur karena penasaran, saya sarankan anda bertanya langsung pada narasumber terdekat yang dengan senang hati + narsis-nya akan memberi keterangan mengenai apa yang terjadi.

Kegiatan bazaar nonton itu boleh saja gagal pada percobaan pertama, tapi tidak untuk yang kedua kalinya. Itulah prinsip yang dianut oleh para crew KSA. Kegiatan itu pun tetap terlaksana beberapa hari kemudian pasca malam kegagalan, meskipun tidak sesuai harapan alias sepi penonton dikarenakan cuaca yang sangat-sangat tidak mendukung. Yah, apa boleh buat… Pasca pelaksanaan kegiatan itu, kurang lebih sekitar jam 12 malam, setelah beres-beres semua perlengkapan, para crew KSA yang terdiri dari Misbah, Shalahudin, Irham, Fadly, Junjun, + (i), pun merayakan hasil pendapatan bazaar nonton yang sepi penonton itu dengan makan bareng nasi goreng.


The Ideas Of The Next Project

Malam itu… Di Warung Makan Sopo Nyono yang berada didepan lapangan sepakbola Monapa Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara… Dengan bertemankan semangkuk nasi goreng… Disertai bibir yang masih belepotan minyak… Setelah ngobrol ngalor ngidul tak tentu arah… Maka, tercetuslah ide cemerlang KSA + (i) lainnya… Ide cemerlang yang akan menggemparkan dunia kreatif pemuda-pemudi di bumi Konawe… dan, ide kreatif itu adalah… FILM DOKUMENTER CATATAN AKHIR SEKOLAH.

Ide yang dalam bayangan kami akan mendatangkan kemashyuran, materi, dan pengakuan bagi komunitas Study AlgoriZm. Ide yang (sepertinya) akan menjadi trendsetter di dunia kreatif bumi Konawe. Ide yang telah membuat penulis tercengang dan berkata “Ruaaar Biasaaa…”. Ide yang juga bisa membuat para pembaca geleng-geleng kepala dan berkata “Dasar Kurang Kerjaan… Sana Memacul di Kebun…!!”.

Yah betul pembaca sekalian, setelah kekenyangan makan nasi goreng dan ngobrol panjang mengenai hasil bazaar serta kelanjutan KSA tercetuslah ide pembuatan film dokumenter Catatan Akhir Sekolah dengan market target siswa-siswi SMU. Entah apa yang ada dalam pikiran para crew KSA + (i) saat itu, tapi prospek kegiatan ini kelihatan begitu menjanjikan. Dan semua partisipan malam nasi goreng itupun sepakat dengan ide tersebut, dan berkomitmen untuk menjalankannya segera. Jadi cocok seperti apa yang saya katakan diawal, bahwa kisah ini diawali dari impian dan semangkuk nasi goreng… :-)

Setelah malam nasi goreng itu, para crew KSA + (i) pun mulai menjalankan misi berikutnya. Hampir di setiap malam kami mengadakan pertemuan bertemankan segelas mount tea dingin + kue pia isi kacang ijo, guna membicarakan apa-apa saja yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan ini. Dan berhubung sebagian besar dari kami (kecuali Junjun) belum pernah memegang kamera video (maklum gaptek), pertemuan kami yang hampir tiap malam itupun diselingi dengan pelatihan dasar-dasar penggunaan kamera video. Tujuannya tentu saja agar para crew tidak kelihatan malu-maluin dilapangan nanti.

Persiapan kami berlangsung beberapa minggu, sebelum akhirnya kami mulai menginvasi SMU-SMU di wilayah kabupaten Konawe. Dalam proses ini kami menentukan kriteria target sekolah-sekolah yang harus menjadi prioritas utama penginvasian.

Dan kriteria target sekolahnya adalah sebagai berikut :

1. Sekolah-sekolah yang kelihatan elit,
2. Persentase siswa-siswa tajirnya diatas 50%, serta yang paling utama,
3. Banyak siswi-siswi cakepnya, ehehehe…

Maka sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, maka kami sepakat bahwa sekolah yang akan kami invasi pertama kali adalah SMU Negeri 1 U*****.

Setelah target invasi telah ditentukan, langkah berikutnya segera dilakukan. Yaitu memulai pendekatan kepada orang dalam sekolah. Dalam hal ini kami memulainya dengan mendekati salah seorang guru senior di SMU Negeri 1 U*****, yaitu Pak Angga/Anggi (???). Setelah meminta rekomendasi dari Pak Angga/Anggi (???), kamipun memberanikan diri untuk meminta izin langsung pada Bapak kepala sekolah SMU Neg.1 U***** dirumah beliau.

Setelah diawali dengan sedikit basa-basi, proses perizinan hari itupun boleh dibilang berlangsung tanpa hambatan. Bapak Kepala Sekolah hanya mengatakan bahwa kegiatan itu boleh berlangsung asal siswa-siswa menginginkan. So guys, dengan hati yang berbunga-bunga kamipun pulang dari rumah beliau. Kesuksesan, popularitas, dan materi segera terbayang didepan mata, ohohoho… apakah semua berjalan lancar? Jangan senang dulu teman-teman… karena cerita yang sebenarnya baru segera akan dimulai…


The Exam (Part 1)

Singkat cerita, proses pemintaan izin berjalan lancar. Jadi, kami segera melangkah ke proses berikutnya, yaitu proses sosialisasi kepada para siswa. Dalam proses ini kami mempercayakan sepenuhnya kepada salah seorang crew, Shalahudin. Alasannya karena selain dia adalah guru PKL di SMU U***** sehingga bisa berinteraksi langsung dengan para siswa, dia juga yang paling bisa dipercaya dari segi face dan pembawaan. Berbeda dengan para crew KSA lain yang meskipun berhati selembut Siti Nurhaliza, tapi berwajah… Ya, gitu dech… Tidak usahlah dijelaskan secara detail… Ohohoho…

Proses sosialisasi ini juga berjalan tanpa hambatan yang berarti. Sebagian besar dari siswa setuju dengan diadakannya pembuatan film dokumenter ini. Bahkan mereka sepakat dengan jumlah kontribusi sebesar Rp. 10.000,00 yang harus mereka keluarkan untuk memperlancar proses pembuatan film dokumenter ini. Dan dalam waktu singkat, uang telah terkumpul hampir setengahnya.

Para crew + (i) gembira dengan berita ini. Karena itu berarti proses pembuatan film dokumenter tahap awal akan segera bisa terlaksana. Tapi ternyata… Eng ing eng… Semua tidak berjalan sesuai dengan rencana. Ujian tahap pertama baru saja dimulai… Dan ujian itu datang dalam wujud sebuah karakter antagonis berlabel “Kepala Sekolah SMU Negeri 1 U*****”.

Nach loh… Bukannya si Bapak Kepala Sekolah SMU Negeri 1 U***** itu sudah memberikan izinnya untuk melaksanakan kegiatan ini? Nach itu dia masalahnya guys… Izin memang telah diberikan, tapi ternyata “Si Antagonis” ini belakangan malah berubah pikiran. Alasannya klise, beliau khawatir dengan adanya kegiatan ini malah memberatkan siswa dalam hal biaya, karena menjelang ujian akhir sekolah cukup banyak biaya ini-itu yang harus dikeluarkan oleh para siswa.

What da f***ing hell is that…?? Bukannya dia sendiri yang mengatakan bahwa semua itu tergantung para siswa, apabila para siswa setuju maka kegiatan ini boleh dilaksanakan. Lagipula kegiatan ini tidak ada unsur paksaan sama sekali. Dasar tidak konsisten…..%+)>?^!%@*!….. (sabar… sabar…).

Untungnya kami para crew KSA cukup berjiwa besar (cieee…) dan sama sekali tidak berpikir pendek (eheeemm…) dalam menyikapi masalah ini. Kami masih menganut paham “Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya”, dan kami juga masih percaya bahwa “Jalan menuju kesuksesan selalu dipenuhi halangan dan rintangan”. Peace anytime, anywhere…

Maka, daripada pusing memikirkan uang yang telah ada ditangan, dan “Si Antagonis” SMUN 1 U***** itu, kami segera mulai mengatur rencana invasi ke sekolah berikutnya sambil tetap memikirkan bagaimana menyelesaikan situasi genting di SMUN 1 U*****. Dan sekolah berikutnya yang kami invasi adalah SMU Negeri 1 W*******.

Di SMUN 1 W******* ini yang bertugas meminta izin adalah Junjun, Chiwank (new member 1), + (i). Kami bertiga ini langsung menemui Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan yang bernama Bapak Agusuyono, Spd, Mpd. Diluar dugaan ternyata kita disambut baik disini, dan proses negosiasi hari itu berjalan lancar. Kami diberi izin untuk langsung mensosialisasikan kepada para siswa pada keesokan harinya. Setelah apa yang terjadi di SMUN 1 U*****, kekecewaan para crew KSA sedikit terobati karena sikap welcome yang kami terima di SMUN 1 W*******. So, the journey keep continue my friend…

Sementara menindak lanjuti apa yang terjadi di SMU 1 U*****, para crew tidak berhenti melancarkan usaha pendekatan kepada “Si Antagonis”. Segala cara dilakukan agar kami mendapat izin untuk memulai proses syuting di SMU 1 U*****. Tapi hasilnya tetap nihil. “Si Antagonis” beralasan bahwa dalam proses ujian para siswa tidak boleh diganggu gugat baik oleh mahluk halus, apalagi mahluk yang kasat mata.

Tapi berhubung para crew KSA termashyur dalam hal berdiplomasi, akhirnya “Si Antagonis” memberi sedikit celah kepada kami. Mungkin beliau sedikit tertipu dengan tampang polos para crew yang kelihatan minta dikasihani. Kami diijinkan untuk mengambil gambar para siswa pada saat ujian praktek, dengan catatan Guru pengawas yang bersangkutan mengijinkan. Mendengar kabar itu, akhirnya kami para crew bisa sedikit bernapas lega.

Eitts… Para pembaca jangan senang dulu… Saya cuma bisa mengingatkan bahwa kisah yang sedang anda baca ini, bukanlah sebuah kisah happy ending khas novel picisan dan telenovela. Kisah ini adalah cerita nyata para pemuda-pemuda Konawe yang sarat dengan aroma perjuangan dalam meraih impian, yang dipenuhi tetesan darah, keringat, dan airmata… (agak berlebihan yah…??). Well, intinya penulis cuma mau bilang, keep follow the story, don’t miss it… :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar