Kamis, 08 Juli 2010

website hit counter
website hit counters

tips menulis cerpen

0

Menulis cerpen (cerita pendek) dapat menjadi permulaan karir yang baik sebagai penulis fiksi. Menulis cerita yang sangat panjang, seperti novel pastilah lebih membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Belum lagi mencari penerbit yang mau menerbitkannya. Cerita pendek dapat menjadi terobosan dalam karir menulis. Lebih banyak alternatif bagi penulis cerita pendek untuk dikenal, daripada novel. Majalah dan koran banyak yang menerima cerita pendek. Blog bisa juga menjadi alternatif dimuatnya cerita pendek di internet. Seringnya nama penulis muncul dalam cerita pendek yang dimuat di berbagai majalah dan koran, bisa menjadi pertimbangan positif bagi penerbit, bila penulis tersebut menyodorkan naskah cerita yang lebih panjang seperti novel ke penerbit.

Tulisan ini ditujukan pada penulis pemula yang ingin menulis cerita pendek dengan baik. Sesuai namanya, menulis cerita pendek memiliki keunikan tersendiri.

Tema

Sebaiknya Anda memiliki tema yang jelas saat menulis cerpen, tentang cerita seperti apa yang ingin Anda tulis. Pesan apa yang ingin Anda sampaikan kepada pembaca. Dengan adanya tema, yang menjadi tulang punggung cerita, maka cerpen Anda akan meninggalkan kesan tersendiri pada pembaca. Penetapan tema dari awal juga berguna agar saat menulis, Anda tidak terlalu jauh melenceng dari cerita sudah ditetapkan.

Alur cerita

Fokuslah pada satu alur cerita sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan sebelumnya. Karakter tambahan, sejarah, latar belakang, dan detail lainnya sebaiknya memperkuat alur cerita ini. Percabangan alur cerita mutlak harus dihindari.

Karakter

Jangan menggunakan jumlah karakter yang terlalu banyak. Semakin banyak karakter bisa membuat cerita Anda menjadi terlalu panjang dan tidak fokus pada tema. Gunakan karakter secukupnya yang sesuai dengan alur cerita.

Sepenggal Kisah Hidup

Namanya saja cerita pendek, sehingga cerpen hanya menceritakan tentang sekelumit kisah dalam hidup karakter yang Anda buat. Jika karakter Anda memiliki kisah hidup yang sangat panjang, tulis hanya sebagai background yang menjadi penguat tema cerita tersebut. Tekankan hanya pada satu bagian dari hidupnya untuk ditulis.

Penggunaan Kata

Bagaimanapun cerpen memiliki keterbatasan dalam jumlah kata yang bisa dipakai, apalagi cerita super pendek seperti flash fiction. Seringkali majalah atau koran tertentu benar-benar membatasi jumlah kata yang bisa dipakai. Jadi, Anda sebaiknya menggunakan pilihan kata yang efisien dan menghindari menggunakan kalimat deskriptif yang berpanjang-panjang.

Impresi

Secara tradisional, cerpen dimulai dengan pengenalan karakter, konflik, dan resolusi. Alternatif lain, adalah Anda dapat membuat impresi pada pembaca justru pada awal cerita, dengan langsung menghadirkan konflik. Karakter Anda sudah berada di dalam kekacauan besar. Hal ini akan membuat pembaca semakin penasaran, ada apa yang terjadi sebenarnya, bagaimana karakter tersebut akan mengatasi persoalannya. Pengenalan karakter, setting, dll dapat dilakukan secara perlahan-lahan di bagian cerita berikutnya.

Kejutan

Beri kejutan pada pembaca di akhir cerita. Hindari membuat akhir cerita yang mudah ditebak.

Konklusi

Jangan biarkan pembaca meraba-raba dalam gelap pada akhir cerita Anda. Pastikan konklusi di akhir cerita Anda memuaskan, tetapi juga tidak mudah ditebak. Pembaca perlu dibuat berkesan pada akhir cerita, tentang apa yang terjadi pada karakter tersebut. Akhir cerita yang mengesankan akan selalu diingat oleh pembaca, bahkan setelah lama mereka selesai membaca cerita tersebut.

Penulis : Didik Wijaya

sumber : www.algorizmdiary.wordpress.com

10 cara menjadi penulis

1. Suka Membaca

Membaca tentu bukan asal baca, apalagi membaca apa saja. Kita perlu menetapkan skala prioritas apa yang kita baca sesuai dengan kebutuhan kita. Misalkan Anda seorang muslim, dalam satu bulan minimal tiga jenis buku yang perlu dibaca. Buku tentang keagamaan, buku sesuai dengan latarbelakang pendidikan dan buku yang sesuai dengan minatnya. Dengan skala prioritas tersebut otak kita tidak dijejali beragam informasi yang justru membuat kita pusing, tapi informasi yang sesuai dengan kebutuhan kita sebagai seorang penulis nantinya.

2. Suka Kliping

Kliping tak hanya soal gunting menggunting koran. Jaman sekarang, kliping bisa berupa data digital. Yah, semua orang tahu, kita tinggal mengunduh materi-materi sesuai dengan kebutuhan kita melalui jejaring dunia maya. Ingat, jangan terjebak untuk mengoleksi banyak informasi yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Sekali lagi tetapkan prioritas untuk mengkoleksi informasi sebaga bahan mentah untuk karya yang akan kita buat kelak. Kliping gunanya hanyalah untuk menambah khasanah karya kita, yang paling penting tetap orisinalitas ide kita dalam sebuah karya.

3. Miliki Diary

Diary (catatan harian) perlu dimiliki oleh (calon) penulis. Diary akan melatih orang untuk jujur pada diri sendiri. Menuliskan sepenggal goresan spontanitas apa yang dirasakan. Kelak menulis secara jujur akan sangat berguna bagi karier kepenulisan. Sebab, bisa mengantarkan penulis untuk menulis dengan hati. Yah, harapannya ketika orang menulis dengan hati, pesannya akan sampai ke hati juga. Mulia sekali bukan penulis yang seperti ini.

4. Miliki Buku Sakti

Berbeda dengan diary. Buku sakti adalah bank data. Berisi kutipan buku-buku yang pernah kita baca, hasil-hasil penelitian dan juga momen-momen penting yang terjadi di dunia. Untuk apa buku sakti ini perlu kita miliki? Yah, seperti papatah mengatakan the palest ink is better than the best memory (tinta yang kabur sekalipun masih lebih baik daripada ingatan yang tajam). Ketika kita ingin menulis sebuah karya, untuk memperkaya khasanah kita tinggal membuka bank data tersebut. Misalnya ketika akan menulis artikel berjudul “Televisi itu Candu”, untuk memperkayanya, kita tinggal membaca rangkuman dan kutipan buku terkait televisi yang pernah kita baca beserta hasil-hasil penelitian terkait dengannya. Adanya buku sakti ini sebenarnya adalah usaha sebuah manajemen karier kepenulisan agar lebih tertata dengan baik.

5. Miliki Blog

Blog ibarat tabungan karya. Memang lebih bagus kalau blog kita itu spesifik dalam arti wadah menuliskan hal-hal yang tidak beragam. Satu tema saja. Dengan begitu, ketika kita menuliskan karya dalam blog kita, sesungguhnya adalah sedang menabung. Kita menabung karya yang punya potensi kelak disulap menjadi sebuah buku. Selain itu, memiliki blog juga bisa sebagai ajang latihan kita dalam menuliskan karya. Disana tulisan kita akan mendapat respon dari pembaca. Dengan demikian menjadi sebuah pembelajaran dan masukan tersendiri agar kelak kita bisa berkarya lebih baik lagi.

6. Gabung Milis Kepenulisan

Milis adalah forun diskusi di dunia maya. Kita bisa mengikutinya, banyak sekali milis tentang dunia kepenulisan. Misalnya milis terbesar kepenulisan seperti penulislepas@yahoogroups.com, forum_lingkarpena@yahoogroups.com, apresiasi-sastra@yahoogroups.com dsb. Dengan bergabung dengan milis kepenulisan, kita bisa mendapat banyak informasi yang mendukung karier sebagai penulis seperti kiat-kiat kepenulisan, bedah karya maupun beragam informasi lomba kepenulisan di mana kita juga bisa berkiprah di dalamnya.

7. Kunjungi Perpustakaan dan Toko Buku

Kemana orang berlibur? Bisa ke pantai, mall, tempat-tempat wisata dsb. Tapi bagi orang yang ngebet pingin jadi penulis, liburan bisa digunakan untuk mengunjungi perpustakaan. Disana kita bisa refresing sekaligus menambah wawasan bagi otak kita. Ke toko buku juga perlu, selain kita bisa membaca sekilas buku-buku yang ada. Kita juga bisa mendapatkan inspirasi judul-judul buku yang laris manis di pasaran. Selanjutnya, kita berharap bisa memunculkan karya atau buku-buku yang digemari masyarakat pula.

8. Datangi Acara Kepenulisan

Penting sekali yang ini. Dengan mendatangi acara kepenulisan, terutama acara bedah buku, kita akan banyak mendapatkan ilmu. Biasanya adalah ilmu tentang proses kreatif sang pengarang buku. Bagaimana lika-likunya, mulai dari mendapatkan inspirasi, proses penulisan, mencari penerbit, sampai menyaksikan bukunya bisa dibaca orang lain dan barangkali bisa best seller, dicetak berulang-ulang. Dengan mengetahui cerita tersebut, kita juga bisa melakukan hal yang sama. Menjadi penulis “hebat”. Tentu dengan cara yang berbeda.

9. Ikuti Komunitas Kepenulisan

Ikut komunitas kepenulisan itu perlu. Dengan mengikuti komunitas kepenulisan kita bisa berbagi pengalaman dalam berkarya. Begitu juga bisa saling memberikan kritikan dan masukan pada karya yang dibuat anggota. Dengan begitu akan matang sebelum karya benar-benar dikirimkan ke berbagai media maupun penerbit. Dengan ikut komunitas pula akan memberikan semangat kepada kita untuk berkarya. Biasanya kita akan terpacu dan bersemangat berkarya ketika ada salah satu anggota yang karyanya bisa tembus ke media massa maupun bukunya diterbitkan.

10. Angkat Mentor Inspiratif

Siapa mentor inspiratif itu? Dia adalah penulis favorit kita. Kita perlu mengangkat mentor walaupun tanpa kontak dengannya. Cukup kita mengakrabi karya-karyanya. Mentor ini gunanya dalam soal gaya menulis maupun bercerita. Bukan hal yang haram ketika kita mengikuti gaya menulis seseorang. Yang penting kita tetap punya ide orisinil tersendiri. Adanya mentor yang kita angkat sendiri ini akan membantu kita. Misalnya, akan menulis novel inspiratif, kita perlu mengangkat Paulo Choelo sebagai mentor. Ini sekedar contoh saja. Jadi karya kita nantinya berbau karya dia dalam soal gaya kepenulisan.

Source : Anywhwere at Google

sumber : www.algorizmdiary.wordpress.com

komunitas study algorizm

Ada orang bijak yang mengatakan “Impian adalah kunci untuk menaklukan dunia”. Tanpa impian kita bagaikan manusia yang berlayar di lautan lepas tanpa layar, tanpa dayung. Tersesat tanpa arah.

Ada juga yang mengatakan, manusia tanpa impian bagaikan seonggok daging tanpa jiwa. Tidak hidup, tapi juga tidak mati.

Well, itu kata orang-orang bijak. Kalo buat kami (para jenius dibelakang layar Algorizm Study Community…), semuanya memang berawal dari impian, tapi mesti ditemani dengan semangkuk nasi goreng. Kenapa mesti nasi goreng? Karena menurut penulis, pada prinsipnya orang susah mikir kalo perut lagi lapar, dan nasi goreng merupakan pengantar imajinasi yang sangat tepat (jangan protes..!! itu kata penulis). Soalnya orang kalo habis makan nasi goreng tengah malam, imajinasinya menjadi luar biasa. Pokoknya cuma beda-beda tipis sama gila… (telah diuji secara ilmiah pada 6 orang relawan).

So, this it the story begin…


The Beginning (Part 1)

Komunitas Study AlgoriZm atau yang biasa disingkat KSA, adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh beberapa pemuda-pemudi Konawe yang mengkhususkan diri pada pembelajaran seputar informasi dan teknologi bagi para membernya. Komunitas yang pada awal mula terbentuknya beranggotakan Karyo, Herly, Misbah, Irham, Shalahudin, Puspa, Ramadhan, Fadly, Eghar, dan Junjun, bertujuan memberantas virus Gaptek akut yang melanda para membernya, yang secara sadar maupun tidak sadar diakui sendiri oleh para membernya… (benar-benar visi yang sangat mulia :-) ..).

Seiring dengan berjalannya waktu… Ternyata komunitas yang didirikan dengan tujuan mulia ini tidak berjalan sebagaimana mestinya alias mati suri. Hal ini disebabkan oleh beberapa persoalan internal komunitas, terutama masalah kesibukan masing-masing anggotanya yang mengakibatkan sulitnya menyatukan visi, misi, dan komitmen para membernya. So sad…

Tetapi, setelah beberapa bulan mengalami kevakuman, para membernya yang bertulang besi, dan berurat kawat ini, ingin membuktikan bahwa sesungguhnya KSA tidaklah mati. Masih ada pemuda-pemudi macho yang berakhlak mulia inside KSA. Maka, dengan berbekal semangat ‘45 tercetuslah sebuah ide kegiatan yang akan membangunkan KSA dari tidur panjangnya. Dan, kegiatan itu adalah……. Bazaar Nonton Bareng Film Laskar Pelangi…!!!! (nach lho…???) Pasti para pembaca heran, kenapa harus bazaar nonton? Bukankah ini adalah sebuah komunitas belajar yang mengkhususkan diri pada pembelajaran seputar informasi dan teknologi?? Jadi, kenapa harus bazaar nonton??? Kenapa bukan seminar pendidikan mengenai teknologi informasi, atau sebuah pelatihan yang juga menyangkut IT????

Terus terang saya selaku penulis juga bingung bagaimana harus menjawabnya… (aaaargghh…). Tapi yang jelas, dari hasil investigasi dan wawancara mendalam dengan para dalang dibalik tercetusnya ide kegiatan ini… Maka terjawablah misteri dibalik ide kegiatan tersebut.

Jadi, kronologisnya seperti ini….. Menurut para nara sumber, 90% crew KSA suka nonton film. Dari yang benar-benar suka film, suka kalo filmnya bagus dan penuh adegan berdarah-darah, suka rame-rame nonton film, sampai yang cuma ikut-ikutan suka. Intinya semuanya suka nonton film… So, karena film (yang menurut para member KSA) kurang sedikit ada hubungannya dengan informasi teknologi, dan juga sekaligus merupakan salah satu hasil dari media teknologi informasi (dan karena itu sudah sepantasnya masuk dalam daftar Keajaiban Dunia), maka dibuatlah sebuah kegiatan yang katanya.. Berhubungan dengan IT, tidak memakan biaya, dan mendatangkan sedikit pemasukan (aaaargghahahaha…). Anda boleh percaya boleh tidak, but that’s the truth….

The Beginning Part 2

Cerita diatas tadi adalah awal… Perjalanan masih panjang… So, let’s continue… Setelah ide awal kegiatan bazaar nonton film itu tercetus, para pemuda-pemuda tampan, macho, dan berkantong kering itupun mulai beraksi. Mulai dari persiapan, penggodokan konsep bazaar, pengadaan alat, sampai penentuan waktu eksekusi.

Maka, dengan peralatan seadanya, dua keping VCD Laskar Pelangi yang original tapi bajakan (???), tekad yang kuat, serta bermodalkan nekad, para crew KSA + (i) maju menuju medan pertempuran tahap 1.

Hari pemutaran yang telah ditentukan pun tiba, yang kemudian berujung pada…. KEGAGALAN!!!!

Betul para pembaca, mata anda tidak tertipu, dan anda tidak sedang salah baca. Bazaar nonton film Laskar Pelangi yang telah direncanakan sedemikian rupa mengalami kegagalan. Siapa yang salah? Silahkan teruskan membaca!!

Orang bijak mengatakan, “Jika anda mengalami kegagalan, janganlah mencari kambing hitam, instrospeksi diri, dan segeralah bangkit..!!”.

Saya pribadi sepakat dengan kalimat “instrospeksi diri dan segera bangkit”. Tapi, saya selaku penulis yang bijaksana merasa cerita ini akan menjadi kurang seru apabila tidak ada seseorang, sebuah, atau sesuatu, yang dijadikan Kambing Hitam atas kegagalan kegiatan ini. Maka berbekal doa restu dari segenap crew KSA, dengan ini saya mengatakan bahwa seseorang, sebuah, atau sesuatu yang pantas menjadi biang kerok kegagalan kegiatan ini adalah…. KOMUNIKASI…

Yah betul, penyebab utama gagalnya kegiatan ini adalah kurangnya komunikasi antar para crew KSA. Padahal di era komunikasi yang serba canggih dan modern ini, seharusnya komunikasi bukanlah menjadi hambatan. Tetapi dalam kisah kolosal ini justru itulah yang sedang terjadi. Dan akibat dari kegagalan kegiatan ini pun memakan korban. Korban itu berwujud seorang Pemuda Bumi Parauna Kelebihan Langsing bernama HERLY TRISYATNO. Sehingga untuk beberapa waktu lamanya beliau sempat tidak eksis di KSA akibat dari insiden pemutaran tersebut. Mengenai apa yang terjadi pada malam insiden itu sehingga sampai memakan korban, tidak perlulah saya ungkapkan secara detail disini. Tapi bagi anda yang penasaran dengan apa yang terjadi, sampai anda tidak bisa tidur karena penasaran, saya sarankan anda bertanya langsung pada narasumber terdekat yang dengan senang hati + narsis-nya akan memberi keterangan mengenai apa yang terjadi.

Kegiatan bazaar nonton itu boleh saja gagal pada percobaan pertama, tapi tidak untuk yang kedua kalinya. Itulah prinsip yang dianut oleh para crew KSA. Kegiatan itu pun tetap terlaksana beberapa hari kemudian pasca malam kegagalan, meskipun tidak sesuai harapan alias sepi penonton dikarenakan cuaca yang sangat-sangat tidak mendukung. Yah, apa boleh buat… Pasca pelaksanaan kegiatan itu, kurang lebih sekitar jam 12 malam, setelah beres-beres semua perlengkapan, para crew KSA yang terdiri dari Misbah, Shalahudin, Irham, Fadly, Junjun, + (i), pun merayakan hasil pendapatan bazaar nonton yang sepi penonton itu dengan makan bareng nasi goreng.


The Ideas Of The Next Project

Malam itu… Di Warung Makan Sopo Nyono yang berada didepan lapangan sepakbola Monapa Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara… Dengan bertemankan semangkuk nasi goreng… Disertai bibir yang masih belepotan minyak… Setelah ngobrol ngalor ngidul tak tentu arah… Maka, tercetuslah ide cemerlang KSA + (i) lainnya… Ide cemerlang yang akan menggemparkan dunia kreatif pemuda-pemudi di bumi Konawe… dan, ide kreatif itu adalah… FILM DOKUMENTER CATATAN AKHIR SEKOLAH.

Ide yang dalam bayangan kami akan mendatangkan kemashyuran, materi, dan pengakuan bagi komunitas Study AlgoriZm. Ide yang (sepertinya) akan menjadi trendsetter di dunia kreatif bumi Konawe. Ide yang telah membuat penulis tercengang dan berkata “Ruaaar Biasaaa…”. Ide yang juga bisa membuat para pembaca geleng-geleng kepala dan berkata “Dasar Kurang Kerjaan… Sana Memacul di Kebun…!!”.

Yah betul pembaca sekalian, setelah kekenyangan makan nasi goreng dan ngobrol panjang mengenai hasil bazaar serta kelanjutan KSA tercetuslah ide pembuatan film dokumenter Catatan Akhir Sekolah dengan market target siswa-siswi SMU. Entah apa yang ada dalam pikiran para crew KSA + (i) saat itu, tapi prospek kegiatan ini kelihatan begitu menjanjikan. Dan semua partisipan malam nasi goreng itupun sepakat dengan ide tersebut, dan berkomitmen untuk menjalankannya segera. Jadi cocok seperti apa yang saya katakan diawal, bahwa kisah ini diawali dari impian dan semangkuk nasi goreng… :-)

Setelah malam nasi goreng itu, para crew KSA + (i) pun mulai menjalankan misi berikutnya. Hampir di setiap malam kami mengadakan pertemuan bertemankan segelas mount tea dingin + kue pia isi kacang ijo, guna membicarakan apa-apa saja yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan ini. Dan berhubung sebagian besar dari kami (kecuali Junjun) belum pernah memegang kamera video (maklum gaptek), pertemuan kami yang hampir tiap malam itupun diselingi dengan pelatihan dasar-dasar penggunaan kamera video. Tujuannya tentu saja agar para crew tidak kelihatan malu-maluin dilapangan nanti.

Persiapan kami berlangsung beberapa minggu, sebelum akhirnya kami mulai menginvasi SMU-SMU di wilayah kabupaten Konawe. Dalam proses ini kami menentukan kriteria target sekolah-sekolah yang harus menjadi prioritas utama penginvasian.

Dan kriteria target sekolahnya adalah sebagai berikut :

1. Sekolah-sekolah yang kelihatan elit,
2. Persentase siswa-siswa tajirnya diatas 50%, serta yang paling utama,
3. Banyak siswi-siswi cakepnya, ehehehe…

Maka sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, maka kami sepakat bahwa sekolah yang akan kami invasi pertama kali adalah SMU Negeri 1 U*****.

Setelah target invasi telah ditentukan, langkah berikutnya segera dilakukan. Yaitu memulai pendekatan kepada orang dalam sekolah. Dalam hal ini kami memulainya dengan mendekati salah seorang guru senior di SMU Negeri 1 U*****, yaitu Pak Angga/Anggi (???). Setelah meminta rekomendasi dari Pak Angga/Anggi (???), kamipun memberanikan diri untuk meminta izin langsung pada Bapak kepala sekolah SMU Neg.1 U***** dirumah beliau.

Setelah diawali dengan sedikit basa-basi, proses perizinan hari itupun boleh dibilang berlangsung tanpa hambatan. Bapak Kepala Sekolah hanya mengatakan bahwa kegiatan itu boleh berlangsung asal siswa-siswa menginginkan. So guys, dengan hati yang berbunga-bunga kamipun pulang dari rumah beliau. Kesuksesan, popularitas, dan materi segera terbayang didepan mata, ohohoho… apakah semua berjalan lancar? Jangan senang dulu teman-teman… karena cerita yang sebenarnya baru segera akan dimulai…


The Exam (Part 1)

Singkat cerita, proses pemintaan izin berjalan lancar. Jadi, kami segera melangkah ke proses berikutnya, yaitu proses sosialisasi kepada para siswa. Dalam proses ini kami mempercayakan sepenuhnya kepada salah seorang crew, Shalahudin. Alasannya karena selain dia adalah guru PKL di SMU U***** sehingga bisa berinteraksi langsung dengan para siswa, dia juga yang paling bisa dipercaya dari segi face dan pembawaan. Berbeda dengan para crew KSA lain yang meskipun berhati selembut Siti Nurhaliza, tapi berwajah… Ya, gitu dech… Tidak usahlah dijelaskan secara detail… Ohohoho…

Proses sosialisasi ini juga berjalan tanpa hambatan yang berarti. Sebagian besar dari siswa setuju dengan diadakannya pembuatan film dokumenter ini. Bahkan mereka sepakat dengan jumlah kontribusi sebesar Rp. 10.000,00 yang harus mereka keluarkan untuk memperlancar proses pembuatan film dokumenter ini. Dan dalam waktu singkat, uang telah terkumpul hampir setengahnya.

Para crew + (i) gembira dengan berita ini. Karena itu berarti proses pembuatan film dokumenter tahap awal akan segera bisa terlaksana. Tapi ternyata… Eng ing eng… Semua tidak berjalan sesuai dengan rencana. Ujian tahap pertama baru saja dimulai… Dan ujian itu datang dalam wujud sebuah karakter antagonis berlabel “Kepala Sekolah SMU Negeri 1 U*****”.

Nach loh… Bukannya si Bapak Kepala Sekolah SMU Negeri 1 U***** itu sudah memberikan izinnya untuk melaksanakan kegiatan ini? Nach itu dia masalahnya guys… Izin memang telah diberikan, tapi ternyata “Si Antagonis” ini belakangan malah berubah pikiran. Alasannya klise, beliau khawatir dengan adanya kegiatan ini malah memberatkan siswa dalam hal biaya, karena menjelang ujian akhir sekolah cukup banyak biaya ini-itu yang harus dikeluarkan oleh para siswa.

What da f***ing hell is that…?? Bukannya dia sendiri yang mengatakan bahwa semua itu tergantung para siswa, apabila para siswa setuju maka kegiatan ini boleh dilaksanakan. Lagipula kegiatan ini tidak ada unsur paksaan sama sekali. Dasar tidak konsisten…..%+)>?^!%@*!….. (sabar… sabar…).

Untungnya kami para crew KSA cukup berjiwa besar (cieee…) dan sama sekali tidak berpikir pendek (eheeemm…) dalam menyikapi masalah ini. Kami masih menganut paham “Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya”, dan kami juga masih percaya bahwa “Jalan menuju kesuksesan selalu dipenuhi halangan dan rintangan”. Peace anytime, anywhere…

Maka, daripada pusing memikirkan uang yang telah ada ditangan, dan “Si Antagonis” SMUN 1 U***** itu, kami segera mulai mengatur rencana invasi ke sekolah berikutnya sambil tetap memikirkan bagaimana menyelesaikan situasi genting di SMUN 1 U*****. Dan sekolah berikutnya yang kami invasi adalah SMU Negeri 1 W*******.

Di SMUN 1 W******* ini yang bertugas meminta izin adalah Junjun, Chiwank (new member 1), + (i). Kami bertiga ini langsung menemui Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan yang bernama Bapak Agusuyono, Spd, Mpd. Diluar dugaan ternyata kita disambut baik disini, dan proses negosiasi hari itu berjalan lancar. Kami diberi izin untuk langsung mensosialisasikan kepada para siswa pada keesokan harinya. Setelah apa yang terjadi di SMUN 1 U*****, kekecewaan para crew KSA sedikit terobati karena sikap welcome yang kami terima di SMUN 1 W*******. So, the journey keep continue my friend…

Sementara menindak lanjuti apa yang terjadi di SMU 1 U*****, para crew tidak berhenti melancarkan usaha pendekatan kepada “Si Antagonis”. Segala cara dilakukan agar kami mendapat izin untuk memulai proses syuting di SMU 1 U*****. Tapi hasilnya tetap nihil. “Si Antagonis” beralasan bahwa dalam proses ujian para siswa tidak boleh diganggu gugat baik oleh mahluk halus, apalagi mahluk yang kasat mata.

Tapi berhubung para crew KSA termashyur dalam hal berdiplomasi, akhirnya “Si Antagonis” memberi sedikit celah kepada kami. Mungkin beliau sedikit tertipu dengan tampang polos para crew yang kelihatan minta dikasihani. Kami diijinkan untuk mengambil gambar para siswa pada saat ujian praktek, dengan catatan Guru pengawas yang bersangkutan mengijinkan. Mendengar kabar itu, akhirnya kami para crew bisa sedikit bernapas lega.

Eitts… Para pembaca jangan senang dulu… Saya cuma bisa mengingatkan bahwa kisah yang sedang anda baca ini, bukanlah sebuah kisah happy ending khas novel picisan dan telenovela. Kisah ini adalah cerita nyata para pemuda-pemuda Konawe yang sarat dengan aroma perjuangan dalam meraih impian, yang dipenuhi tetesan darah, keringat, dan airmata… (agak berlebihan yah…??). Well, intinya penulis cuma mau bilang, keep follow the story, don’t miss it… :-)

Rabu, 07 Juli 2010

konawe empire

Jaman Kerajaan

Seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, Sulawesi Tenggara memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Indonesia secara keseluruhan.Tonggak terpenting dalam sejarah Sulawesi Tenggara pada abad ke 10 Suku Konawe mendirikan sebuah kerajaan yang terkenal yaitu Kerajaan Konawe yang diikuti oleh beberapa Kerajaan di Sulawesi Tenggara.

Tonggak terpenting dalam sejarah daerah Sulawesi Tenggara tercatat pada abad ke-10, yaitu sejak Suku Konawe mendirikan sebuah kerajaan yang cukup tersohor. Namanya Kerajaan Konawe, diambil dari nama suku mereka. Kerajaan Konawe didirikan oleh Totonggano Wonua, keturunan Mokole Pangguni, di Unaaha. Kerajaan ini menganut sistem pemerintahan yang cukup modern, paling tidak, untuk ukuran pada zaman itu. Pemerintahannya demokratis dan tertib -- mempunyai perdana menteri, pejabat daerah, dan para pengendali keamanan.

Sebagai daerah yang sangat strategis bagi pelayaran, Sulawesi Tenggara berkembang cukup pesat. Sejumlah kerajaan kemudian bermunculan. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain: Kerajaan (Kesultanan) Buton, Kerajaan Muna (Wuna) dan Kerajaan Kemongga (yang satu keturunan dengan kerajaan Konawe). Ada pula kerajaan-kerajaan lainnya yang lebih kecil, seperti Kerajaan Tiworo, Kerajaan Kalisusu, dan Kerajaan Moronene. Kerajaan-kerajan tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya melalui ikatan perkawinan. Ikatan ini selanjutnya menumbuhkan suatu keluarga besar Sulawesi Tenggara yang telah sedemikian menyatu, walaupun memiliki latar belakang budaya yang berbeda dan bahasa yang berbeda pula.

Dalam silsilah raja-raja di Sulawesi Tenggara terungkap bahwa para penguasa kerajaan-kerajaan Konawe, Muna, Buton, dan Mekongga juga mempunyai hubungan kekeluargaan dengan para penguasa Kerajaan Luwu dan Bone di Sulawesi Selatan. Bahkan diakui pula bahwa raja pertama dari kerajaan di Sulawesi Tenggara adalah dari keluarga Sawerigading. Dalam pertumbuhan masyarakatnya, kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tenggara banyak berhubungan dengan Ternate. Maka tidak mengherankan jika Ternate sebagai kerajaan yang lebih kuat mempunyai pengaruh tertentu atas wilayah Sulawesi Tenggara. Pengaruh Ternate terhadap Kerajaan Muna dan Kesultanan Buton begitu besar. Bahkan Kesultanan Buton menjadi pintu gerbang penyebaran agama Islam dari Ternate ke kawasan Sulawesi Tenggara. Penyebaran agama tersebut berlangsung sekitar pertengahan abad ke-16. Kebiasaan dan kegemaran bertanam rempah-rempah di Ternate juga diikuti oleh masyarakat petani di Buton, sehingga tidak lama kemudian pulau penghasil yang terkenal dengan aspalnya ini menjadi penghasil rempah-rempah terbesar sesudah Ternate (Maluku).

Wilayah Kesultanan Buton yang merupakan pintu masuk ke sumber rempah-rempah terbesar di Maluku, bagi pelayaran Belanda dari Batavia sangat diperhitungkan pengaruhnya oleh kekuatan-kekuatan luar. Daya tarik BUton ini segera mengundang persaingan keras antara Belanda (VOC) dan Kerajaan Goa yang mengklaim sebagai pemegang hegemoni pelayaran di bagian timur Nusantara. Usaha Keras VOC untuk memaksakan monopoli perdagangan pada abad ke-17 menimbulkan perlawanan rakyat terhadap imperialisme di seluruh Sulawesi Tenggara.





Jaman Pendudukan Belanda

Bangsa Belanda menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di daratan Buton pada tanggal
5 Januari 1613. Peristiwa ini ditandai dengan kunjungan Komodor Afolonius Schot di Kerajaan Sultan Buton pada masa pemerintahan Sultan Buton IV Danayu Ikhasanuddin (1597 - 1631). Seperti halnya bangsa Spanyol dan Portugis yang datang ke Buton seabad lebih dahulu, bangsa Belanda pun mempunyai tujuan untuk berdagang.

Namun tidak lama sejak hubungan perdagangan terjalin, Belanda segera menunjukkan gelagatnya untuk menguasai Buton. Gelagat buruk itu menyadarkan Sultan Ikhasanuddin tentang perlunya untuk segera memperkuat pertahanannya. Benteng Keraton Buton dan beberapa kubu pertahanan rakyat di wilayah kesultanan langsung dibangun. Pertahanan rakyat yang dulu hanya terdiri dari tirai-tirai bambu berduri, sejak itu ditingkatkan menjadi benteng-benteng yang kukuh untuk menghadapai serangan bangsaBelanda yang bersenjata api. Melihat tantangan ini Belanda meninggalkan Buton pada tahun 1616. Namun beberapa tahun kemudian kembali lagi dan mulai memaksakan penguasaan atas kesultanan tersebut dengan kekerasan. Perlawanan rakyat Buton yang terus-menerus menyebabkan Belanda tidak pernah menetap di Buton sebagai penguasa atas pulau tersebut.

Seperti yang terjadi di Kesultanan Buton, di daerah-daerah lainnya di Sulawesi Tenggara perlawanan menentang penjajahan cukup merepotkan Belanda. Untuk menguasai Kerajaan Konawe, misalnya, Belanda harus menunggu-nunggu sampai awal abad ke-21. Kerajaan Konawe, kini sebagian besar wilayahnya masuk dalam Kabupaten Dati II Kendari, mulai melemah sejak ditinggalkan rajanya yang bernama Lakidende. Dia merupakan pelopor penyesuaian adat dengan ajaran Islam, sehingga ajaran Islam kemudian menjadi bagian hidup dari sebagian besar masyarakat Sulawesi Tenggara. Sesudah Raja Lakidende wafat, situasi dalam negeri dan pemerintahan Kerajaan Konawe mengalami keadaan yang paling lemah karena para anggota Dewan Kerajaan yang terdiri dari kaum bangsawan yang juga menjadi kepala-kepala pemerintahan daerah otonomi dalam wilayah Kerajaan Konawe tidak bisa memilih pengganti Lakidende.

Sidang-sidang Dewan Kerajaan selalu gagal menentukan siapa calon raja. Walaupun demikian kevakuman di tahta Konawe tidak lantas membuat kerajaan runtuh, sebab para bangsawan tersebut sebagai penguasa daerah tetap bersatu. Bahkan ketika salah satu seorang anggota Dewan dari daerah Ranome Eto, yang bernama Tebau, mengangkat diri sebagai raja baru, Kerajaan Konawe tetap stabil. Jiwa demokratis yang telah menjadi tradisi Konawe sejak beberapa abad yang lampau mendorong Tebau untuk mundur teratur setelah para anggota Dewan dan rakyat yang diwakili menyatakan tidak setuju.

Setelah Tebau meninggal, pada tahun 1858 putranya yang bernama La Mangu mengadakan perjanjian dengan A.A. Vreis yang mewakili Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Perjanjian ini menyangkut pembentukkan Kerajaan Laiwoi yang lepas dari Kerajaan Konawe. Lahirnya kerajaan baru ini, yang wilayahnya meliputi daerah Ranoma Eto, sangat dirahasiakan. Maka praktis La Mangu hanya menjadi raja di atas kertas. Pihak Belanda berpendapat bahwa Kerajaan Laiwoi tidak mungkin diwujudkan sebelum kerajaan-kerajaan Gowa, Bone, Luwu, dan Buton ditaklukkan. Namun untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan tersebut juga hampir mustahil karena jelas-jelas mereka bersatu dalam menentang penjajahan. Sama mustahilnya adalah menundukkan Konawe secara langsung, sebab sistem pertahanan kerajaan ini sudah dilengkapi dengan persenjataan yang diperoleh dari perdagangan dengan Spanyol dan Portugis, jauh sebelum Belanda datang. Jalan yang paling mungkin adalah diplomasi. Melalui La Mangu, utusan Belanda berhasil mendekati beberapa bangsawan Konawe. Dari sini lahirlah Perundingan Malowe pada tahun 1909.

Perundingan di Bandar Malowe ini menghasilkan penculikan beberapa tokoh terkemuka Kerajaan Konawe oleh Belanda -- suatu tindakan yang kemudian mencetuskan Perang Puundombi. Setelah melalui pertempuran yang menelan banyak korban di kedua belah pihak, Konawe akhirnya jatuh dan Belanda segera mewujudkan kerajaan bonekanya -- Kerajaan Laiwoi. Setelah penaklukkan tersebut, Belanda melakukan operasi sapu bersih. Dengan tipu muslihat, Belanda berhasil menangkap Watukila (Panglima Una) sebagai panglima tertinggi Angkatan Perang Konawe. Watukila bersana sejumlah perwiranya kemudian dibuang ke Makassar. Belanda menduga ditawannya Watukila bersama pasukannya akan mengakhiri perlawanan rakyat Konawe dan dengan begitu tamat pula riwayat Kerajaan Konawe. Pihak Belanda segera mewujudkan rencana lamanya untuk membentuk pemerintahan Kerajaan Laiwoi yang beribukotakan Kendari. Mereka yang tidak mengakui dan tidak tunduk kepada penguasa Kerajaan Laiwoi dan Belanda diancam akan ditangkap dan dipenjarakan. Bahkan Belanda juga mengancam akan menjatuhkan hukuman tembak mati terhadap mereka yang membangkang.

Sementara itu untuk menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Konawe, Karaeng Watukila dan rekan-rekannya kemudian dipulangkan dari tempat pembuangannya di Makassar. Belanda juga kemudian mengatur suatu "perkawinan politis" antara Watukila dengan putri Raja Laiwoi II Soa-Soa. Tujuan dari perkawinan ini adalah untuk membuka jalan bagi suatu kerja sama antara tokoh tersebut dengan para penguasa baru di kerajaan boneka Belanda. namun perkawinan tersebut tidak meredakan situasi politik si Sulawesi Tenggara. Gerakan menentang Belanda bahkan meluas ke daerah-daerah lainnya, terutama di bagian selatan Konawe. Di Manumohewu, rakyat telah mempersiapkan kantong-kantong perlawanan di bawah pimpinan seorang tamalaki (perwira) bernama Lapadi, yang dibantu oleh putrinya. Perlawanan Lapadi dimulai pada tahun 1908 dan berakhir pada tahun 1910, ketika dia tertangkap dalam suatu tipu muslihat yang dilancarkan oleh Belanda. Lapadi berhasil meloloskan diri dari penjara Kendari dan kembali menyusun barisan perlawanan. Namun pada tahun 1911 benteng pertahanannya dihancurkan oleh Belanda. Lapadi sendiri berhasil meloloskan diri dan bertualang sendiri di gunung-gunung sampai ia meninggal empat tahun kemudian akibat sakit.

Kematian tokoh-tokoh terpenting dalam gerakan perlawanan rakyat Konawe tidak membuat peperangan menentang penjajahan berhenti. Di berbagai pelosok Sulawesi Tenggara rakyat terus mengangkat senjata. Pada tahun 1917 Belanda berhasil menerapkan perjanjian Langeverklaring dengan bangsawan-bangsawan Konawe dan sejak saat itu Belanda mencampuri secara langsung urusan kerajaan. Ketika Takaka dilantik menjadi raja Laiwoi pada tahun 1934, sistem pemerintahan ini disesuaikan dengan tata pemerintahan kolonial. Keadaan ini berlangsung sampai Jepang mendarat di Kendari pada tanggal 24 Januari 1942 dan mengambil alih kekuasaan Belanda.